Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
meningitis bakterial akut (nyeri kepala hebat (DD (Meningitis (Meningitis…
meningitis bakterial akut
nyeri kepala hebat
anatomi SSP
sinus
sinus sagitalis post
sinus rectus
sinus sigmoideus
sinus petrosus superior dan inferior
sinus basilaris
vaskularisasi
a. meningea medial
a. meningea post
a. meningea ant
3 lapisan meningen
duramater
arachnoid mater
piamater
inervasi
lantai fossa cranii post
atap fossa cranii post
meningen spaces
subdural
epidural
sub arachnoid
fisiologi SSP
Cerebrospinal fluid
Fungsi
Proteksi Mekanik
Sirkulasi
Proteksi Kimia
Komposisi
Total volume CSF = 80-150 mL pada orang dewasa, berisi sejumlah kecil glukosa, protein, asam laktat, urea, kation (Na+, K+, Ca2+, Mg2+), anion (Cl− dan HCO3-) dan beberapa sel darah putih.
Definisi
cairan bening dan tidak berwarna untuk lindungi otak dan sumsum tulang belakang. csf dibentuk di plexus coroideus
Sirkulasi
CSF -> interventricular foramina -> ventrikel ke tiga -> aquaductus Sylvii -> ventrikel keempat -> subarachnoid space dan cisterna melalui foramen Magendie & luscka -> sebagian besar CSF mengalir kebagian medial dan lateral hemisfer cerebri -> sinus sagitalis superior pada atap cranium -> granulasi arachnoid dan bersatu dengan darah vena.
Absorbsi
Vili Arachnoidalis
definisi
DD
Migrain
Meningitis
Meningitis Kriptokokus
Meningitis Bakteria
Meningitis Tuberkulosa
Meningitis Viral
Ensefalitis
Ensefalitis Toxoplasma
Ensefalitis Viral
Ensefalitis Bakterial
Arteritia Kranial
Sinusitis Maksilaris
Meningoensefalitis
Space Occupying Process (SOP)
Stroke
Iskemik
Hemoragik
Hematoma Intraserebral
Pendarahan subarachnoid
Sinusitis Maksilaris
Arteritia Kranial
gejala klinis
definisi
etiologi
Jamur
parasit
virus
bakteri
penegakan diagnosa
Anamnesa
Pemeriksaan fisik
Fleksi Leher
Brudzinki sign
Kernig sign
Pemeriksaan Penunjang
Analisis Lumbal
CT-Scan
Pewarnaan Gram
Cell count and chemistry
Kultur
Bacterial Antigen Testing (BAT)
PCR, Lactate, Procalcitonin, C-reactive
manisfestasi klinis
sakit kepala
mual muntah
demam
kaku leher
fotofobia
epidemiologi
paling sering
N.Meningitidis
S.pneumonia
H. Influenza
dapat terjadi pada
neonatus
dibawah 50 tahun
diatas 50 tahun
Pasien immuncompromised
tatalaksana
awal
saat pasien datang ke primary care, beri antibiotik (ceftriaxone, cefotaxime, penicillin G) secara IV.
IGD
observasi ABCDE dan cegah terjadinya kejang.
Melakukan analisa arterial lactate setiap 3-6 jam jika terdapat shock septic.
Menghubungi dokter spesialis jika GCS <12, tekanan spinal meningkat hingga >400mmH2O, dan terdapat shock septic.
Observasi GCS, respirasi, sirkulasi, dan produksi urine.
Melakukan pemasangan kateter urine.
Oksigenasi & pemberian cairan kristaloid.
Memposisikan pasien duduk 30 derajat untuk mengurangi peningkatan TIK.
farmakologi
antibiotik
Sifat: bakterisidal dan mampu menembus blood brain barrier-CSF
sensitif penicilin → moxifloxacin atau siprofloksasin+ vankomisin
Ceftriaxone 2 g IV setiap 12 jam
steroid
menurunkan risiko edema serebral, peningkatan tekanan intrakranial, gangguan aliran darah otak, vaskulitis, dan cedera neuron.
Optimal diberikan 4 hari.
dexametasone : 0,15 mng/ kgBB, max 10mg 4x/hari
klasifikasi
Aseptik (Virus)
Piogenik Akut (Bakteri)
Remaja dan dewasa muda
Nesseria meningitidis
Patogen tersering
Individu yang lebih tua
Streptococcus pneumonia
Listeria monocytogenes
Neonatal
Escherichia coli
Streptococcus grup B
Kronik
Tuberkulosis
Spirocaeta
Kriptokokus
bakteri N. meningitidis
faktor virulensi
patofisiologi
Morfologi
komplikasi
Vasculitis
Ventricularis
Subdural Empyema
Abses otak
Komplikasi sistemik
patoffisiologi
meningitis tuberculosa
terdapat fokus primer di paru --> menjalar ke otak menjadi rich focus --> rich focus pecah, masuk ke meninges CSF --> terjadi severe granulomatous inflammatory response --> pembentukan exudate --> terjadi spasme nervus cranial dan oklusi vaskuler --> menyebabkan hidrosefalus dan infark otak.
hidrosefalus akan menyebabkan peningkatan TIK --> spasme nervus VI.
meningitis bakterial
terjadi kolonisasi bakteri di bagian nasopharingeal. bakteri yang paling sering menyebabkan diantaranya adalah Haemophilus Influenza, N. meningitidis, dan S. pneumoniae
setelah melakukan kolonisasi, bakteri akan menyebar di saluran darah yang disebut dengan bakteremia. infeksi bakteri di dalam darah akan menyebabkan injury dari sel endothel.
selanjutnya bakteri akan menginfeksi bagian meningen --> menyebabkan adanya inflamasi dari sub arachnoid
infeksi pada sub arachnoidal space akan menyebabkan peningkatan aliran keluar CSF. hal ini akan menimbulkan hidrosefalus.
ketika terjadi hidrosefalus, maka bagian intersisial akan mengalami edema yang menyebabkan terjadinya peningkatan TIK.
peningkatan TIK menyebabkan aliran darah ke otak menjadi berkurang sehingga otak dapat mengalami hipoksia.
Follow Up dan Prognosis
difollow up setidaknya 2-6 bln untuk menilai deficit pendengaran, neurologis, neurokognitif dan untuk memberikan vaksin Streptococcus pneumoniae
setelah keluar RS , px diberitahu tentang resiko untuk gejala sisa & masa pemulihan bisa lama. Setelah 2-4 minggu sembuh, harus dilakukan followup secara rutin
Faktor risiko untuk luaran yang buruk: pd usia lanjut, perubahan status mental pd saat MRS, bakteremia dan jumlah sel darah putih CSF kurang dari 1.000 per μL (1,0 × 109 per L).
Prognosis dubia ad bonam tergantung tatalaksana
Pencegahan
vaksin diberikan dalam bentuk suntikan dan dapat bertahan 2-3 tahun
vaksin yang dianjurkan adalah jenis vaksin tetravalen A, C, W135 dan Y
mengurangi kontak langsung dengan penderita, mengurangi tingkat keepadatan di lingkungan perumahan, dan mencuci tangan yang bersih