Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
Pendekatan Post-Strukturalis dalam Kajian Identitas Sosial (Identitas…
Pendekatan Post-Strukturalis dalam Kajian Identitas Sosial
Identitas menjadi tema penting dalam kajian pengajaran bahasa kedua.
Pertama kali diungkapkan oleh Bonny Norton dalam (1995) kajian identitas perempuan imigran di Kanada.
Bonny Norton mendasarkan pemikirannya pada konstruksi identitas pengusung post-strukturalisme seperti Bourdieu, Bakhtin dan Weedon.
Keunggulan dari metode ini adalah mampu menganalisis kompleksitas identitas pembelajar bahasa kedua.
Hal ini mengungkap peran penting perspektif sosiolinguistik dalam kajian pengajaran bahasa, yang mana sebelumnya lebih fokus psikologi.
Beberapa penelitian yang menggunakan perspektif post-strukturalisme dalam kajian identitas.
Apa sebenarnya post-strukturalisme?
Kritik terhadap strukturalisme Levi-Strauss
Post-strukturalisme mencakup beberapa isu: (B Smart, 1999) Elaborasi dengan buku Dr Akhyar dan Anthonny Giddens
krisis representasi dan makna asosiasi yang tidak stabil
hilangnya fondasi ilmu pengetahuan yang aman
Terpusatnya analisis bahasa, wacana dan teks
asumsi pencerahan yang kurang tepat terhadap subyek otonomi rasional
Identitas post-strukturalis
Idenitas dalam post-strukturalisme berwujud terpecah (fragmented) dan bertolak belakang (contested)
Melewati batas geografis, psikologis, ras, etnis
third place (Bhabha, 1994; Hall, 1996); negotiation of difference (papastergiadis)
cultural supermarket Mathews (2000)
Struktur dan agensi (Giddens, 1991)
ambivalensi dalam konstruksi identitas
Kritik terhadap strukturalisme yang melihat manusia sebagai subyek tidak berubah menuju pada pembingkaian manusia yang kompleks danbertingkat.