Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
MASALAH GIZI KEP & STUNTING - Coggle Diagram
MASALAH GIZI KEP & STUNTING
KEKURANGAN ENERGI-PROTEIN (KEP)
ETIOLOGI
Kebutuhan Protein
Tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu
Kebutuhan Energi
Tingkat pendapatan dan pekerjaan orangtua
Konsumsi Makanan
Besar anggota keluarga
Penyakit Infeksi
KLASIFIKASI
KEP RINGAN
Hasil penimbangan BB pada KMS terletak pada pita warna kuning
KEP SEDANG
Hasil penimbangan terletak di Bawah Garis Merah (BGM)
KEP BERAT
KWASHIORKOR
KWASHIORKOR MARASMAUS
MARASMUS
Hasil penimbangan BB/U <60% baku median WHO-NCS
DEFINISI
Kurang gizi energi protein (KEP) adalah defisit energi karena kekurangan kronis semua mikronutrient. KEP bisa tiba-tiba atau bertahap.
PATOFISIOLOGI
MARASMUS
Perubahan pertumbuhan yang kurang atau terhenti disertai atrofi otot dan menghilangnya lemak dibawah kulit. Karena pemenuhan energi untuk kelangsungan hidup jaringan tidak terpenuhi maka cadangan protein tubuh dipakai untuk sumber energi.
KWASHIORKOR
Tanda khas nya adalah
pitting edema
yang disebabkan oleh kurangnya protein sehingga tekanan onkotik intravaskular menurun.
TATALAKSANA
JANGKA PENDEK
Pemberian Vit. A
Pemberian ASI eksklusif sampai 6 bulan dan MP-ASI 6-12 bulan
Pemberian PMT
Rujukan kasus KEP dengan komplikasi
Promosi makanan sehat bergizi
Upaya pelacakan kasus
JANGKA PANJANG
Revitalisasi puskesmas
Revitalisasi sistem kewaspadaan pangan dan gizi
Revitalisasi posyandu
MANIFESTASI KLINIS
RINGAN
Pertumbuhan linier terganggu
Kenaikan berat badan berkurang atau terhenti
Ukuran LILA menurun
Maturasi tulang terhambat
BERAT
KWASHIORKOR
Penampilan seperti bayi gemuk tetapi bagian tubuh lain terutama pantat terlihat atrofi
MARASMUS
Berat badan menurun, kemunduran tumbuh-kembang
MARASMIK-KWASIORKOR
Terlihat kurus tetapi ada gejala edema, kelainan rambut, kulit kering, otot lemah
STUNTING
ETIOLOGI
FAKTOR IBU
Ibu yang pendek
BMI rendah dan kenaikan BB selama hamil kurang
Kehamilan usia muda
Jarak kehamilan yang dekat
FAKTOR ANAK
Berat Bayi Lahir Rendah
Infeksi
Sanitasi buruk
Nutrisi Inadekuat
IUGR (intrauterine growth restriction)
Pemberian ASI dan MP-ASI yang buruk
PATOFISIOLOGI
Kurang gizi dan anemia
37,1% usia 15-49 tahun beresiko anemia
24,2% usia 15-49 beresiko KEK
Wanita dengan KEK akan melahirkan bayi dengan berat bayi lahir rendah (BBLR)
Gizi tidak mencukupi kebutuhan
Sanitasi kurang memadai
DEFINISI
Stunting adalah masalah gizi kronis pada balita yang ditandai dengan tinggi badan yang lebih pendek dibandingkan dengan anak seusianya.
MANIFESTASI KLINIS
Tanda pubertas terlambat
Usia 8-10 tahun, anak menjadi lebih pendiam (karna keterlambatan perkembangannya)
Pertumbuhan terhambat
Wajah nampak lebih muda dari usianya
Pertumbuhan gigi terhambat
Performa buruk dalam tes perhatian dan memori belajar
DAMPAK
JANGKA PANJANG
Menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar
JANGKA PENDEK
Terganggunya perkembangan otak, kecerdasan dan lain-lain.
DIAGNOSIS
Stunting nampak bayi berusia 2 tahun
Dilakukan pengukuran dan penilaian
antropometri
Parameter yang digunakan tinggi bdan (TB) dan usia anak
TATALAKSANA
UPAYA PENCEGAHAN STUNTING
UPAYA PENCEGAHAN PEMERINTAH
Perpres No. 42 tahun 2013 tentang Gerakan Nasiona Percepatan Perbaikan Gizi
Perpres 83/2017 tentang Kebijakan Strategis Pangan dan Gizi
Gerakan 1000 HPK (Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi) 2011-2015
Percepatan Perbaikan Gizi
UPAYA PENCEGAHAN LANCET
MP-ASI
Intervensi mikronutrient
Iodisasi garam
Pengobatan malnutrisi
ASI Eksklusif
Kebersihan sanitasi
UPAYA PENCEGAHAN WHO
Dewan Nasional Keamanan Gizi
Zero Hunger Strategy
Surveilan pangan dan gizi pemantauan
Bolsa Familia
Strategi kesehatan keluarga
PILAR PENCEGAHAN STUNTING
KERANGKA PENCEGAHAN STUNTING
UPAYA PENANGGULANGAN STUNTING
OBESITAS
STANDAR ANTROPOMETRI ANAK
Permenkes RI no 2 Tahun 2020 tentang Standar Antropometri Anak
Penilaian status gizi dilakukan dengan membandingkan hasil pengukuran BB dan PB/TB dengan Standar Antropometri Anak
BB menurut PB/TB
IMT menurut umur
PATOFISIOLOGI
Hipotalamus memiliki peran penting dalam energi intake, pengeluaran dan penyimpanan
Hormon yang berpengaruh
Glucagon Like Peptide 1 (GLP 1)
Peptide YY (PYY)
Cholecystokinin
Ghrelin
Insulin
Leptin
KLASIFIKASI
Ambang Batas Status Gizi
MANIFESTASI KLINIS
Pertumbuhan berjalan dengan cepat dan pesat (ketidakseimbangan)
Jaringan lemak bawah kulit menebal
Pubertas pada anak laki-laki terjadi lebih awal
Kepala nampak relatif lebih kecil dibandingkan dengan tubuhnya
ETIOLOGI
Pola Makan
Makanan yang tinggi kalori dan rendah nutrient dapat menyebabkan obesitas
Camilan berbahan karbo dapat meningkatkan kejadian obesitas pada anak
Faktor Lainnya
Mutasi Gen
Sindrom lain
Pseudohypoparathyroidism
Sindrom Laurence-Moon-Biedl (Bardet-Biedl)
Sindrom Prader-Willi
Endokrin
ASI Non-Eksklusif
Sosial Ekonomi
Ketersediaan & Jenis Makanan
Aktivitas Fisik
Rendahnya aktivitas fisik dan tingginya perilaku menetap berhubungan dengan tingginya persentil indeks massa tubuh.
Anak yang kurang aktif dalam melakukan aktifitas fisik lebih cenderung mengalami obesitas.
DIAGNOSIS
Menilai
Memantau
Dasar
Rumus yang digunakan menentukan BB ( BB = 8 + 2n kg ) n = jumlah umur dalam tahun
DEFINISI
Obesitas merupakan penumpukan lemak yang tidak normal / berlebihan yang dapat mengganggu kesehatan.
Keadaanini terjadi jika makanan sehari-hari mengandung energi yang melebihi kebutuhan anak yang bersangkutan.
TATALAKSANA
Pola makan yang benar
Metode food rules
Terjadwal
Camilah 2x/hari
Air putih
lama makan 30 menit/kali
Makan besar 3x/hari
Netral
Sesuai kebutuhan kalori
The Traffic Light Diet
Yellow Food
Green Food
Red Food
Pola aktifitas Fisis yang benar
Aerobik
Intensitas Sedang
Intensitas Bugar
Penguatan otot
Penguatan tulang
Modifikasi Perilaku
Kontrol terhadap rangsangan/stimulus
Mengubah perilaku makan
Pengawasan sendiri terhadap BB, masukan makanan, dan aktifitas fisik serta mencatatnya
Penghargaan
Pengendalian diri
Orangtua, anggita keluarga, teman dan guru harus dilibatkan dalam tatalaksana obesitas
Pencegahan Obesitas
Tersier
Mencegah komordibitas yang dilakukan dengan menatalaksana obesitas pada anak dan remaja.
Sekunder
Nilai IMT paling rendah = adiposity rebound
adiposity rebound yang terjadi lebih dini <5 tahun berhubungan dengan resiko obesitas
Mendeteksi
early adiposity rebound
Primer
Pemberian ASI Eksklusif dan MP-ASI 6-12 bulan
menawarkan makanan baru secara berulang
Menghindari minuman manis selingan
Tidak meletakkan televisi di kamar tidur anak
ALERGI
PATOFISIOLOGI
Alergi yang di mediasi IgE
Antigen diproses dan dipresentasikan oleh antigen Presenting Cell (APO) ke MHC
Protein/peptida masuk ke dalam tubuh
MHC mengaktifkan sel B untuk menghasilkan IgE yang spesfik terhadap antigen tersebut
Alergi yang tidak di mediasi IgE
Pelepasan histamin dan tripase
Mediator lain : prostaglandin, leukotrien dan kemokin
Vasodilatasi, sekresi mukosa, kontraksi otot polos, dan respons inflamasi lainnya.
MANIFESTASI KLINIS
Bengkak pada wajah, bibir dan lidah
Diare
Batuk-batuk atau bersin-bersin
Muntah--muntah
Gatal-gatal atau kulit terdapat bilur-bilur menyerupai bekas luka
Kulit memerah atau ruam
Susah bernafas
Hilang kesadaran atau pingsan
KLASIFIKASI
Alergi racun serangga
Alergi obat
Alergi bulu binatang
Alergi lateks
Alergi makanan
Alergi zat kimia tertentu
Alergi musiman
DIAGNOSIS
Anamnesis
Gejala apa saja yang timbul
Jarak antara timbul gejala dengan makanan yang dicurigai
Riwayat konsumsi makanan
Jumlah makanan yang menimbulkan gejala, apakah selalu demikian atau waktu tertentu saja.
Pemeriksaan Fisik
Status gizi
Tanda dari penyakit seperti kulit kering dan bersisik
adanyan likenifikasi yang sering tampak pada pasien dermatitis atopik
Pemeriksaan Penunjang
Pencatatatn konsumsi harian
Uji kulit
Provokasi
double blind placebo control food challenge
Radio Alergo Sorbent Test (RAST)
Pemeriksaan kadar histamin
ETIOLOGI
Reaksi timbul akibat paparan terhadap bahan yang pada umumnya tidak berbahaya dan banyak ditemukan dalam lingkungan, disebut alergen.
TATALAKSANA
Perawatan Makanan
Terapi medis
DEFINISI
Alergi disebut juga hipersensitivitas adalah suatu reaksi kekebalan yang menyimpang/berubah dari normal dan dapat menimbulkan gejala merugikan tubuh
Pemicu Alergi
Alergen
Bulu binatang
Debu
Makanan (Telur dan kacang-kacangan)
Ketika alergen bersentuhan dengan tubuh, baik dari sentuhan saja maupun sempat masuk ke dalam tubuh maka menyebabkan reaksi tidak wajar.