HIPERTENSI
(NISA ULJANNAH 1908260096)
MEKANISME TEKANAN DARAH
Mekanisme pengaturan tekanan darah jangka pendek berlangsung dari beberapa detik hingga beberapa menit. Faktor fisik yang menentukan tekanan darah adalah curah jantung, elastisitas arteri, dan tahanan perifer. Curah jantung dan tahanan perifer merupakan sasaran pada pengaturan cepat lewat refleks. Pengukuran ini terjadi melalui refleks neuronal dengan target organ efektor jantung, pembuluh darah dan medula adrenal. Sistem refleks neuronal yang mengatur mean arterial blood pressure bekerja dalam suatu rangkaian umpan balik negatif terdiri dari: detektor, berupa baroreseptor yaitu suatu reseptor regang yang mampu mendeteksi peregangan dinding pembuluh darah oleh peningkatan tekanan darah, dan kemoreseptor, yaitu sensor yang mendeteksi perubahan PO2, PCO2 dan pH darah; jaras neuronal aferen; pusat kendali di medula oblongata; jaras neuronal eferen yang terdiri dari sistem saraf otonom; serta efektor, yang terdiri dari alat pemacu dan sel-sel otot jantung, sel-sel otot polos di arteri, vena dan medula adrenal.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TEKANAN DARAH
(Curah jantung)
Tekanan darah berbanding lurus dengan curah jantung (ditentukan berdasarkan isi sekuncup dan frekuensi jantungnya).
(Tekanan Perifer terhadap tekanan darah)
Tekanan darah berbanding terbalik dengan tahanan dalam pembuluh. Tahanan perifer memiliki beberapa faktor penentu: Viskositas darah, panjang pembuluh, Radius pembuluh.
DEFINISI DAN KLASIFIKASI HIPERTENSI
DEFENISI : Berdasarkan JNC VII, seseorang dikatakan hipertensi bila tekanan sistolik nya melebihi 140 mmHg dan atau diastoliknya melebihi 90 mmHg berdasarkan rerata dua atau tiga kali kunjungan yang cermat sewaktu duduk dalam satu atau dua kali kunjungan
KLSIFIKASI : Tekanan darah sistolik >130 mmHg, Tekanan darah diastolik >80mmHg
ETIOLOGI & FAKTOR RISIKO
Berdasarkan etiologinya hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi hipertensi primer/essensial dengan insiden 80-95% dimana pada hipertensi jenis ini tidak diketahui penyebabnya. Selain itu terdapat pula hipertensi sekunder akibat adanya suatu penyakit atau kelainan yang mendasari, seperti stenosis arteri renalis, penyakit parenkim ginjal, feokromositoma, hiperaldosteronism, dan sebagainya
Faktor-faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara lain faktor genetik, umur, jenis kelamin, dan etnis. Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi meliputi stres, obesitas dan nutrisi
PATOFISIOLOGI HIPERTENSI
KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati. selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat diparu-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.
ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK
ANAMNESIS : Sebagian besar pasien hipertensi bersifat asimptomatik. beberapa pasien mengalami keluhan berupa sakit kepala, rasa seperti berputar, atau penglihatan kabur. Hal yang dapat menunjang kecurigaan ke arah hipertensi sekunder antara lain penggunaan obat-obatan seperti kontrasepsi hormonal, kortikosteroid, dekongestan maupun NSAID, sakit kepala paroksimal, berkeringan / takikardi, serta adanya riwayat penyakit ginjal sebelumya. pada anamnesis dapat pula digali mengenai faktor risiko kardiovaskular seperti merokok, obesitas, aktifitas fisik yang kurang, dislipidemia, diabetes melitus, mikroalbuminuria, penurunan laju GFR, dan riwayat keluarga.
PEMFIS : Berdasarkan pemriksaan fisik, nilai tekanan darah pasien diambil rerata dua kali pengukuran pada setiap kali kunjungan ke dokter. apabila tekanan darah > 140/90 mmHg pada dua atau lebih kunjungan maka hipertensi ditegakkan.
TATALAKASANA FARMAKOLOGI DAN NON FARMAKOLOGI
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
pemeriksaan laboratorium seperti darah lengkap, kadar ureum, kreatinin, gula darah, elektrolit, kalsium, asam urat dan urinalisis. Pemeriksaan lain berupa pemeriksaan fungsi jantung berupa elektrokardiografi, funduskopi, USG ginjal, foto thoraks dan ekokardiografi
FARMAKOLOGI : Diuretik, beta blocker, CE inhibitor, Calcium channel blocker, angiotensin receptorv blocker.
NON FARMAKOLOGI :Modifikasi gaya hidup berupa penurunan berat badan (target indeks massa tubuh dalam batas normal untuk Asia-Pasifik yaitu 18,5-22,9 kg/m2), kontrol diet berdasarkan DASH mencakup konsumsi buah-buahan, sayur-sayuran, serta produk susu rendah lemak jenuh/lemak total, penurunan asupan garam dimana konsumsi NaCl yang disarankan adalah < 6 g/hari. Beberapa hal lain yang disarankan adalah target aktivitas fisik minimal 30 menit/hari dilakukan paling tidak 3 hari dalam seminggu serta pembatasan konsumsi alkohol.
KOMPLIKASI : Hilangnya penglihatan, sindrom metabolik, penyakit ginjal, penyakit arteri perifer, penyakit jantung, serangan jantung, gagal jantung, demensia vaskular, stroke.
PROGNOSIS : Orognosis hipertensi tergantung pada tercapai tidaknya target tekanan darah. estimasi luaran jangka panjang dapat diperhitungkan menggunakan berbagai skor prediktor.
PENCEGAHAN DAN EDUKASI
Raih dan pertahankan berat badan ideal, lakukan olahraga rutin, seperti jalan cepat / bersepeda 2-3 jam setiap minggu, konsumsi makanan rendah lemakdan kaya serat seperti buah dan sayuran, batasi jumlahgaram dalam makanan, tidak lebih 1 sendok teh per hari, hindari konsumsi minuman beralkohol, batasi konsumsi makanan berkafein, hentikan kebiasaan merokok