Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
Semantik Bahasa Indonesia Astri Wiyaruli Anggraeri, SS., M.A - Coggle…
Semantik Bahasa Indonesia Astri Wiyaruli Anggraeri, SS., M.A
BAB I PENGENALAN SEMANTIK
Semantik dan Semiotika
Semantik
Digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari tentang tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya
Ilmu tentang makna
Tataran analisis bahasa: fonologi, gramatikal, dan semantik
Semiotika
Ilmu tentang tanda
Pertandaan
Penanda (
Signife, Signifian
)
Satuan bunyiatau huruf dalam bahasa tulis
Petanda(
Signified, Signifie
)
Apa yang ditandai penandanya
Simbol
Hubungan arbitrer berdasarkan konvensi
Ikon
Penanda sama dengan petandanya
Indeks
'penanda' dan petandanya bersifat kausalitas
Simton (gejala)
Tanda berupa pernyataan emosional (ketakutan, kemarahan, dorongan seksual), atau pernyataan gembira sebagai gejala
Kedudukan Semantik dan Semiotika
Kata yang didengar/ dibaca disebut lambang(
symbol
) -> Lambang dalam semiotik disebut tanda (
sign
) -> Lambang merupakan objek semantik = Kedudukan semantik dalam semiotik
Ruang Lingkup Semantik
Berkaitan tentang: Pengertian Semantik, Objek Semantik, Kedudukan Semantik dengan Disiplin Ilmu Lain, Pengertian Makna, Jenis Makna, Perubahan (pergantian, perluasan, pembatasan, pergeseran) makna, Tingkatan Pembahasan Makna, Makna dalam Kata dan Segala Persoalan, Cara Menganalisis Makna, Antonim, Hiponim, Homonim, Polisemu, Sinonim, Medan Makna, Makna Kata Ujaran dalam Bentuk yang Lebih Besar
Objek Semantik
Tata Bahasa(gramatikal) : Sintaksisi dan Morfologi
Fonologi: Bunyi sebagai pembeda makna
Leksikon(kosa kata): Semantik leksikal
Wacana: Semantik Wacara
BAB II HAKIKAT MAKNA
Hakikat Makna
Ferdinand de Saussure: makna adalah ‟pengertian‟ atau ‟konsep‟
Pragmatik mengkaji makna di luar jangkauan semantik.
Sifat kajian: diadic relation (hubungan dua arah), hanya
melibatkan bentuk dan makna
Semantik merupakan bidang yang bersifat bebas konteks
Salah satu objek kajian semantik adalah kalimat
Semantik diatur oleh kaidah kebahasaan (tatabahasa)
Semantik bersifat konvensional
Semantik bersifat formal (dengan memfokuskan bentuk: fonem, morfem, kata,
klausa, kalimat)
Semantik bersifat ideasional
Representasi (bentuk logika) semantik suatu kalimat berbeda dengan
interpretasi pragmatiknya.
Batasan Makna
Kata dan kalimat yang mengandung
makna adalah milik pemakai bahasa, dikarenakan pemakai bahasa bersifat dinamis yang terkadang memperluas makna suatu kata ketika ia berkomunikasi
sehingga makna kata dapat saja berubah.
Penambahan dan Pendefinisian
Penamnaan dalam semantik terdapat delapan penyebab: Peniruan bunyi, Penyebutan bagian, Penyebutan sifat khas, Penemu dan pembuat, Tempat asal, Bahan, Keserupaan, Pemendekan.
BAB III RAGAM MAKNA
Berdasarkan Jenis Semantiknya
Makna Leksikal
Bentuk ajektif yang diturukan dari bentuk nomina leksikon
(vokabuler, kosa kata, perbendaharaan kata)
Satuan bentuk bahasa yang bermakna, makna leksem atau kata yang sesuai dengan referennya
Makna Gramatikal
Makna yang hadir sebagai akibat adanya proses gramatika seperti proses afiksasi, proses reduplikasi, dan proses komposisi
Berdasarkan Ada Tidaknya Referen Sebuah Kata atau Leksem
Makna referensial adalah
makna yang berhubungan langsung dengan kenyataan atau referent (acuan)
Kata–kata yang termasuk preposisi dan konjungsi, juga kata tugas lainnya,tidak mempunyai referen, maka banyak orang menyatakan kata-kata tersebut tidak mempunyai makna
Berdasarkan Nilai Rasa
Makna denotatif
Makna yang sesuai dengan hasil observasi menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman lainnya
Makna konotatif
Makna konotatif disebut sebagai makna tambahan,
Berdasarkan Ketepatan Makna
Penggunaannya umum
Unsur leksikal bahasa umum itu adalah disebut istilah umum
Penggunaannya khusus
Kata dengan makna khusus atau makna terbatas mempunyai
pengertian dan pemakaian yang lebih terbatas
Berdasarkan Ada atau Tidaknya Diramalkan atau Ditelusuri
Makna idiomatikal
Makna sebuah satuan bahasa (kata, frase, atau kalimat) yang “menyimpang” dari makna leksikal atau makna gramatikal unsur-unsur pembentuknya (Tidak dapat diramalkan)
Makna peribahasa
Adanya asosiasi atau tautan antara makna leksikal dan gramatikal unsur-unsur pembentuk peribahasa itu dengan makna lain yang menjadi tautannya (dapat diramalkan)
Berdasarkan Ada atau Tidaknya Hubungan Makna
Makna konseptual
Makna yang sesuai dengan konsepnya, makna yang sesuai dengan referennya, dan makna yang bebas dari asosiasi atau hubungan apa pun
Makna asosiatif
Nilai-nilai moral dan pandangan hidup yang berlaku dalam suatu masyarakat seperti nilai rasa bahasa
Makna Kias
Bentuk bahasa (baik kata, frase, maupun kalimat) yang tidak merujuk pada arti sebenarnya (arti leksikal, arti konseptual atau arti denotatif)
BAB IV MAKNA
Sinonim
Verhaar (1978): Ungkapan (bisa berupa kata, frase
atau kalimat) yang maknanya kurang lebih sama dengan makna ungkapan lain
Faktor Sinonim
Faktor Waktu, Faktor Tempat atau Daerah, Faktor Bidang Kegiatan, Faktor Nuansa Makna
Macam Sinonim
Sinonim antara morfem (bebas) dengan morfrm (terikat), seperti antara dia dengan nya, antara saya dengan ku dalam kalimat
Sinonim antara kata dengan kata seperti antara mati dengan meninggal
Sinonim antara kata dengan frase atau sebaliknya. Misalnya antara meninggal dengan tutup usia
Sinonim antara frase dengan frase. Misalnya, antara ayah ibu dengan orang tua
Sinonim antara kalimat dengan kalimat. Seperti Adik menendang bola dengan Bola ditendang adik
Antonim
'nama lain untuk benda lain pula', dianggap kebalikan
dari makna ungkapan lain
Hiponim dan Hipernim
Hiponimi berarti „nama yang termasuk di bawah nama lain‟
Ungkapan (biasanya berupa kata, tetapi dapat juga berupa frase atau kalimat) yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna suatu ungkapan lain
BAB V RELASI MAKNA
Denotatif dan Konotatif
Mana yang memiliki relasi berdasarkan nilai rasa
Polisemi
Satuan bahasa yang memiliki makna lebih dari satu
Homonim, Homofon, Homograf
Homonim "nama sama untuk benda atau hal lain‟ (Homonim antar kata, antar frase, antar kalimat)
Homofon dilihat dari segi “bunyi”
Homograf dilihat dari segi “tulisan, ejaan”
Redudansi
"berlebih-lebihan pemakaian unsur segmental dalam suatu bentuk ujaran‟
Ambiguitas
Kata yang bermakna ganda atau mendua arti
BAB VI PERUBAHAN MAKNA
Faktor Perubahan Makna
Perkembangan dalam Ilmu dan Teknologi
Akibat dari pandangan baru atau teori baru dalam
satu bidang ilmu atau sebagai akibat dalam perkembangan teknologi
Perkembangan Sosial dan Budaya
Perkembangan dalam bidang sosial kemasyarakatan
Perbedaan Bidang Pemakaian
Disebabkan karena faktor ini menjadi memiliki makna baru atau makna lain di samping makna aslinya (makna yang berlaku dalam bidangnya)
Adanya Asosiasi
Berkaitan dengan hal
atau peristiwa lain yang berkenaan dengan kata tersebut
Pertukaran Tanggapan Indera (
sinestesia
)
Kasus pertukaran tanggapan
antara indera yang satu dengan indera yang lain
Perbedaan Tanggapan
Memiliki nilai rasa yang „rendah‟,
kurang menyenangkan, memiliki nilai rasa
yang "tinggi‟ atau yang mengenakkan
Adanya Penyingkatan
Menggunakan kata singkatan daripada bentuk utuhnya
Proses Gramatikal
Afiksasi, reduplikasi, dan komposisi
(penggabungan kata) akan menyebabkan pula terjadinya perubahan makna
Pengembangan Istilah
Memanfaatkan kosakata bahasa Indonesia yang ada dengan jalan memberi makna baru, dapat dengan menyempitkan makna kata tersebut, meluaskan, maupun memberi arti baru sama sekali
Jenis Perubahan Makna
Meluas
Gejala yang terjadi pada sebuah kata atau leksem yang pada mulanya hanya memiliki sebuah „makna‟, tetapi kemudian karena berbagai faktor menjadi memiliki makna-makna lain
Menyempit
Gejala yang terjadi pada sebuah kata yang pada mulanya mempunyai makna yang cukup luas, kemudian berubah menjadi terbatas hanya pada sebuah makna saja
Perubahan Total
Berubahnya sama sekali makna sebuah kata dari
makna asalnya
Penghalusan (Ufemia)
Memiliki makna
yang lebih halus atau lebih sopan daripada yang akan digantikan
Pengasaran
Usaha untuk mengganti kata yang
maknanya halus atau bermakna biasa dengan kata yang maknanya kasar
BAB VII MEDAN MAKNA DAN KOMPONEN MAKNA
Medan Makna
bagian dari bidang kebudayaan atau realitas dalam alam semesta tertentu dan yang direalisasikan oleh seperangkat unsur leksikal yang maknanya berhubungan
Kolokasi
Makna kata yang memiliki keterkaitan kata tersebut dengan kata lain yang merupakan kolokasinya
Tampan, cantik, dan indah bermakna denotatif 'bagus'
Set
Hubungan paradigmatik karena kata-kata atau unsur-unsur yang berada pada satu set dapat saling menggantikan
Remaja
merupakan tahap petumbuhan antara
kanak-kanak
dengan
dewasa
Komponen Makna
Setiap kata atau unsur leksikal terdiri dari satu atau beberapa unsur yang bersama-sama membentuk makna kata atau makna unsur leksikal tersebut
Ayah
mengandung
komponen makna
: + insan, + dewasa, + jantan, dan + kawin;
Ibu
mengandung
komponen makna
: + insan, + dewasa, - jantan, dan + kawin
Kesesuaian Sintaksis dan Semantik
Kecocokan ciri-ciri semantik antara unsur leksikal yang satu dengan unsur leksikal yang lain menimbukna pemahaman dalam bahasa tersebut
Kata
wanita
dan
mengandung
terdapat kesesuaian semantik
BAB VIII MAJAS
Ragam Majas
Bahasa berkias yang disusun
untuk meningkatkan efek dan asosiasi tertentu
Segi Nonbahasa
Pengarang
Gaya bahasa sesuai dengan nama pengarang
Gaya Chairil, gaya Takdir, dan lain-lain
Waktu
Gaya bahasa sesuai waktu
Gaya lama, gaya menengah, dan gaya modern
Medium
Gaya bahasa sesuai dengan mahasa yang digunakan
Gaya Sunda, gaya Jerman, gaya Indonesia, dan lain-lain
Subjek
Gaya bahasa sesuai pokok pembicaraan
Filsafat, ilmiah, popular, didaktik, dan sebagainya
Tempat
Gaya bahasa sesuai lokasi dan geografis
Gaya bandung, gaya Jakarta, dan lain-lain
Hadirin
Gaya bahasa sesuai dengan hadirin atau pesapa
Gaya demagog(rakyat), gaya familiar(keluarga), dan lain-lain
Tujuan
Gaya bahasa sesuai dengan maksud
Gaya sentimental, gaya sarkastik, gaya diplomatis, gaya informasional, dan lain-lain
Segi Bahasa
Pilihan Kata
Gaya bahasa resmi, tak resmi, dan percakapan
Nada
Gaya bahasa sederhana, menengah, dan vitalitas
Struktur Kalimat
Gaya bahasa Klimaks, antiklimaks, paralelisme, antithesis, dan repetisi
Hubungan Makna
Retoris
Aliterasi, asonansi, preterisio, apostrof, asyndeton,
polisindeton, kiasmus, ellipsis, eufimisme, litotes, hyperbaton, pleonasme, periphrasis, antisipasi, erotesis, silepsis, koreksio,
hiperbol, paradox dan oksimoron
Kiasan
persamaan, metafora, sindiran, personifikasi, alusi, eponym, epitet, sinekdoke, metonimia, antonomasia, hipalase, ironi, sinisme, sarkasme, satire, innuendo, antifrasis, paronomasia
Majas Kiasan
Majas perumpamaan (Simile)
Majas yang mengandung pertentangan dengan fakta
yang ada
Musuh sering menjadi teman yang akrab
Majas Kiasan
Menggambarkan benda-benda mati seolah-olah
memiliki sifat-sifat kemanusiaan
Kata-katanya tajam seperti mata pisau
Majas Penginsanan/Personifikasi
Membandingkan benda mati dengan
manusia seolah-olah bernyawa
Matahari baru saja kembali ke
peraduannya
Majas Sindiran
Ingin mengatakan sesuatu dengan makna atau maksud berlainan
dari apa yang terkandung
Kamu datang sangat tepat waktu, sudah 5 mobil tujuan kita melintas
Majas Antitesis
Mengadakan perbandingan antara dua kata
yang berantonim
Dia
bersuka cita
atas
kegagalanku
dalam ujian itu
Majas Pertentangan
Majas Hiperbola
Ungkapan yang berlebih-lebihan dari
yang dimaksudkan
Tangisannya menyayat-nyayat hati
Majas Litotes
Menyatakan sesuatu dengan tujuan
merendahkan diri
Silahkan mampir ke gubuk reyot
Majas Ironi
Menyatakan makna sebaliknya atau dengan maksud
berolok-olok
Saya percaya seratus persen kepadamu, tak pernah kau
tepati janjimu
Majas Oksimoron
Pernyataan yang di dalamnya mengandung pertentangan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan dalam frase atau dalam kalimat yang sama
Olahraga mendaki gunung memang menarik walaupun sangat
membahayakan
Majas Poromonosia
Pernyataan yang berisi
penjajaran kata-kata yang sama bunyinya, tetapi berlainan maknanya
Bisa ular itu bisa masuk ke sel-sel darah
Majar Paralipsis
Suatu formula yang dipergunakan sebagai sarana untuk menerangkan bahwa seseorang tidak mengatakan apa yang tersirat dalam kalimat itu sendiri
Henry mempersunting seorang gadis cantik
(maksudnya seorang janda
cantik)
Majas Zeugma dan Silepsis
Menggunakan dua konstruksi rapatan
dengan cara menghubungkan sebuah kata dengan dua atau lebih kata lain
Kami sudah mendengar berita itu dari radio dan surat kabar
Majas Pertautan
Majas Metonimia
Menggunakan nama barang, orang, hal,
atau ciri sebagai pengganti barang itu sendiri
Parker jauh lebih mahal daripada pilot
Majas Sinekdote
Menyebutkan nama sebagian sebagai
nama pengganti barang sendiri
Sinekdoke pars pro toto
Lima ekor kambing telah dipotong pada acara itu
Sinekdoke totem pro parte
Dalam pertandingan itu Indonesia menang satu lawan Malaysia
Majas Alusi
Menunjuk suatu peristiwa secara tidak langsung berdasarkan praanggapan adanya pengetahuan bersama yang dimiliki
penyapa dan pesapa
Bandung adalah
Paris
di
Jawa
Majas Eufimisme
Ungkapan yang lebih halus untuk
menggantikan ungkapan yang dianggap kasar
Ibunya telah berpulang ke Rahmatullah
(meninggal)
Majas Elipsi
Menghilangkan kata atau frase yang menjadi
unsur penting dalam konstruksi sintaksis atau kalimat yang lengkap
Mereka ke pasar
(Penghilangan predikat pergi)
Majas Inversi
Pembalikan susunan kata yang biasa
dalam kalimat
Kucium pipinya
dengan mesra
Majas Gradasi
Menggunakan kata atau frase secara bertahap
karena memiliki ciri semantik yang umum
Kita malah bermegah dalam
kesengsaraan
kita karena kita tahu
kesengsaraan
itu menimbulkan
ketekunan
, dan
ketekunan
menimbulkan
tahan uji
dan
tahan uji
menimbulkan
harapan
, dan
mengharapkan
tidak
mengecewakan.
Majas Perulangan
Majas Aliterasi
Perulangan konsonan yang sama pada
awal kata
- Keras-keras kerak kena air lembut juga
Majas Antanaklasis
Pengulangan kata atau frase
yang sama dengan makna yang berbeda
Buah
bajunya terlepas, membuat
buah
dadanya hampir kelihatan
Majas Kiasmus
Perulangan dan sekaligus
merupakan inversi atau pembalikan susunan antara dua kata dalam satu kalimat
Ia menyalahkan yang benar dan membenarkan yang salah
Majas Repetisi
Perulangan kata-kata sebagai penegasan
Dialah yang kutunggu, dialah yang kunanti, dialah yang kuharap
BAB IX PERIBAHASA
Pepatah
Peribahasa yang mengandung nasihat,
peringatan, atau sindiran (KBBI, 1988:144)
Ajaran dari orang-orang
tua (Poerwadarminta, 1976:714)
Undang-undang dalam
masyarakat (Zakaria dan Sofyan, 1975:35)
Air tenang menghanyutkan
= 'orang yang pendiam tetapi berilmu banyak'
Perumpamaan
Peribahasa yang berisi perbandingan dari kehidupan
manusia
Bagai, laksana,
seperti
dan sebagainya
Bagai air di daun tala
= 'orang yang tidak tetap pendiriannya'
Ungkapan
Perkataan atau kelompok kata yang khas untuk menyatakan sesuatu maksud dengan arti kiasan (Poerwadarminta, 1976:1129)
Kelompok kata yang berpadu, yang
mengandung satu pengertian (Zakaria dan Sofyan, 1975:58)
Gabungan kata yang maknanya tidak sama dengan gabungan makna anggota-anggotanya (KBBI,
1988:991)
Datang bulan = 'haid, menstruasi', Panjang tangan = 'suka mencuri', Berbadan dua = 'hamil'
BAB X KOSAKATA DASAR
Kata-kata yang tidak mudah
berubah atau sedikit sekali kemungkinannya dipungut dari bahasa lain
Istilah kekerabatan
misalnya ayah, ibu, anak, adik, kakak, nenek, kakek,
paman, bibi, menantu, dan mertua
Nama-nama bagian tubuh
, misalnya kepala, rambut, mata, telinga, dan lain-lain
Kata ganti (diri, penunjuk)
, misalnya saya, kamu, dia, kami, kita, mereka, ini,
itu, sini, situ, dan sana
Kata bilangan pokok
, misalnya satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan, sepuluh, duapuluh, sebelas, dua belas, seratus, dua ratus, seribu, dua ribu, sejuta, dan dua juta
Kata kerja pokok
misalnya makan, minum, tidur, bangun, berbicara, melihat,
mendengar, menggigit, berjalan, bekerja, mengambil, dan menangkap
Kata keadaan pokok
, misalnya suka, duka, senang, susah, lapar, kenyang, haus, sakit, sehat, bersih, kotor jauh, dekat, cepat, lambat, besar, kecil, banyak, sedikit, terang, gelap, siang, malam, rajin, malas, kaya, miskin, tua,
muda, hidup, dan mati
Benda-benda universal
, misalnya tanah, air, api, udara, langit, bulan, bintang,
matahari, dan tumbuh-tumbuhan