Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
Pendekatan Kontekstual dengan Scaffolding untuk Meningkatkan Kemampuan…
Pendekatan Kontekstual dengan Scaffolding untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Kesimpulan
terdapat perbedaan rerata kemampuan berpikir kritis matematik siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol sehingga dapat dikatakan terdapat pengaruh Pendekatan Kontekstual pada Model Pembelajaran Scaffolding terhadap kemampuan berpikir kritis matematik.
Pencapaian KKM kelas yang memperoleh
pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual pada Model Pembelajaran Scaffolding lebih unggul dari kelas yang memperoleh Pembelajaran Konvensional.
Saran
pada tahap pelaksanaan tes individu sebaiknya soal dibuat beragam akan tetapi tingkat kesukarannya selevel sehingga meminimalisir siswa saling mencontek.
Pembahasan
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kelas eksperimen reratanya melampaui KKM sedangkan kelas kontrol kurang dari KKM. Keunggulan yang ada di kelas eksperimen merupakan hasil dari perlakuan berupa penerapan Pendekatan Kontekstual pada Model Pembelajaran Scaffolding. Hasil Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Sofiatun, Sampoerna & Hakim (2018), dalam penelitian tersebut Scaffolding dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa.
Pada penelitian ini, pembelajaran dengan pendekatan open ended berbasis kecerdasan emosional berpengaruh positif dan signigikan terhadap kemampuan berpikir kritis dan kecerdasan emosional mahasiswa.
Hasil penelitian
Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa hasil pengujian dengan uji t memperoleh nilai signifikansi sebesar 0,02 yang berarti kurang dari 0,05. Dengan demikian H0 ditolak atau H1 diterima.
Hasil perhitungan rerata skor post-test menunjukkan kelas eksperimen reratanya melampaui KKM sedangkan kelas kontrol kurang dari KKM.
Sumber rujukan
JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika)
Volume 3, No. 1, Maret 2019
http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/JNPM/article/view/1468
Aksioma Jurnal Pendidikan Matematika FKIP Univ. Muhammadiyah Metro
Vol. 6, No. 2 (2017)
http://ojs.fkip.ummetro.ac.id/index.php/matematika/article/view/991
βeta: Vol. 8 No. 1 (Mei) 2015
https://jurnalbeta.ac.id/index.php/betaJTM/article/view/21
Metode penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan posttest only control group design.
Instrumen penelitian ini adalah soal tes kemampuan berpikir kritis matematik pada materi Program Linear.
Tekhik sampling yang digunakan adalah cluster random sampling
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA salah satu SMA Negeri di Kawali Ciamis yang terdiri dari enam kelas.
Latar Belakang
Masalah yang sedang dihadapi
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) membuat masyarakat dari berbagai kalangan dan usia mudah mengakses informasi baru yang muncul dari setiap belahan dunia. Hal ini menuntut pemikiran yang kritis agar tidak terjebak dengan informasi yang belum pasti
kebenarannya. Oleh sebab itu di era globalisasi ini penting sekali memiliki pemikiran yang kritis.
Kemampuan berpikir kritis matematik merupakan kemampuan yang harus dimiliki siswa. Kemampuan ini dapat dilatih melalui proses pembelajaranoleh karena itu perlu adanya inovasi pada model pembelajaran agar kemampuan berpikir kritis matematik siswa terlatih maksimal.
proses pembelajaran matematika di kelas kurang meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, salah satunya dalam hal kemampuan berpikir kritis. Permasalahan ini terjadi salah satunya disebabkan kurangnya kualitas guru dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa selama pembelajaran berlangsung
Penelitian sebelumnya
Zakiah (2017) dengan hasil penelitiannya yaitu siswa pada setiap kategori Kemampuan Awal Matematik (KAM) dengan menggunakan pendekatan kontekstual berbasis gaya kognitif memiliki peningkatan kemampuan metakognitif lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh pembelajaran langsung, dengan kualitas peningkatan pada level sedang.
Haji (2012) dengan hasil yang diperoleh bahwa kemampuan komunikasi matematik siswa yang belajar melalui pembelajaran kontekstual lebih baik
daripada siswa yang diajar melalui pembelajaran konvensional. Skor rata-rata kemampuan komunikasi matematika siswa yang diajar dengan pembelajaran kontekstual sebesar 8,1, sedangkan yang belajar dengan pembelajaran konvensional sebesar 6,2.
penelitian yang diakukan oleh Sahal, Irianti, & Sari (2018) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kemampuan pemahaman konsep peserta didik kelas eksperimen yang menggunakan strategi pembelajaran scaffolding dengan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Pemahaman konsep peserta didik kelas eksperimen lebih tinggi
dibandingkan kelas kontrol sehingga dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran scaffolding dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa.
Van de Pol, Volman, & Beishuizen (2010) menelusuri penelitian mengenai Scaffolding yang terjadi dalam satu dekade terkait dengan karakteristik, stratregi, dan evaluasi Scaffolding. Hasilnya menunjukkan bahwa Scaffolding efektif namun perlu penelitian lebih lanjut.
Sharma & Hannafin (2005) menggunakan Scaffolding dalam desain pembelajaran sekolah tinggi secara online untuk memfasilitasi
pengembangan pemikiran kritis dan menemukan bahwa penggunaan Scaffolding dapat mengembangkan asimilasi dari eksternal ke internal.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pembelajaran dengan penerapan Pendekatan Kontekstual pada Model Pembelajaran Scaffolding terhadap kemampuan berpikir kritis matematik. Selain itu untuk mengetahui ketercapaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) siswa di kedua kelas tersebut.