IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK MELALUI PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
PENDAHULUAN
click to edit
LATAR BELAKANG
click to edit
METODE
click to edit
Pendekatan penelitian yang digunakan yaitu pendekatan kuantitatif dan kualitatif
Jenis penelitian yaitu PTK (Penelitian Tindakan Kelas)
Tindakan yang diberikan untuk mengatasi permasalahan adalah pembelajaran dengan pendekatan saintifik melalui PBL yang dilaksanakan dalam siklus dimana tiap siklus terdiri atas 4 pertemuan
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah angket, wawancara, dan observasi. Penelitian ini menggunakan 2 macam angket yaitu angket guru dan angket siswa
Pembuktian validitas dalam penelitian ini menggunakan dua macam validitas yaitu validitas isi (content validity) dan validitas konstruk (construct validity).
INDIKATOR KEBERHASILAN
Kerberhasilani ndikator keberhasilan tindakan yaitu 75%
HASIL DAN PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
HASIL
Objek penelitian
Siswa kelas VII D SMP Negeri 2 Gamping
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
SARAN
Siswa akan terdorong untuk aktif dalam pembelajaran, yang selanjutnya berdampak positif terhadap minat belajar matematika serta peningkatan kemampuan kognitif yakni prestasi belajar siswa
Dalam pembelajaran matematika menggunakan pendekatan saintifik melalui problem Based Learning (PBL) yaitu masalah yang disajikan sebagai basis belajar siswa harus menarik dengan tingkat kesulitan yang memadai.
click to edit
TUJUAN
Untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar Matematika kelas VII D SMP Negeri 2 Gamping
Masalah yang dihadapi
Penelitian Sebelumnya
click to edit
click to edit
(Sockalingam & schmidt,2011) Problem based learning dipilih karena beberapa keunggulannnya seperti menyediakan maalah yang dekat dengan kehidupan nyata, memberi kesempatan siswa membuat pilihan solusi dari suatu masalah, memotivasi siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran, serta dapat mendorong pembelajaran dalam setting kolaboratif
(Hosnan, 2014) Pendekatan saintifik merupakan suatu proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.
Powner (2006) juga menyebutkan bahwa siswa yang diajarkan melalui pendekatan saintifik umumnya memiliki intuisi dalam memahami bagaimana melakukan investigasi dan melakukan evaluasi terhadap pendapat yang telah siswa sampaikan.
(Tan, 2003) Pendekatan saintifik dan model PBL sama-sama menggunakan suatu masalah dalam pembelajarannya, jika pada pendekatan PBL starting point pembelajarannya adalah masalah nyata
(Graumann, 2011; Muller & Burkhardt,2007; Niss dkk. 2007) Kemampuan siswa dalam mengaplikasikan matematika di kehidupan sehari-hari merupakan tujuan utama dari pendidikan matematika
(Schwarzkopf,2007; Wijaya dkk.,2014) banyak siswa yang kesulitan dalam menyelesaikan
Banyaknya kurangnya minat belajar siswa yang terlihat dari banyak siwa yang tidak memperhatikan, tidak antusias serta diam ketika guru mengajukan pertanyaan
Banyaknya prestasi hasil belajar siswa yang kurang memuaskan
SIKLUS 1
SIKLUS 2
Van De Walle dkk.(2013) mengungkapkan bahwa suatu masalah yang diberikan kepada siswa harus disesuaikan dengan jenjang pendidikan siswa.
Slameto (2003) mengungkapkan bahwa dalam kegiatan pembelajaran hasil dan proses dipengaruhi oleh beberapa faktor,yaitu faktor ekstern dan intern.
Ketika pada saat pembelajaran pada siklus 1 skor minat belajar matematika
mulai meningkat walaupun masih masuk ke dalam kategori sedang.
Adanya kendala pada siklus 1 adalah masalah yang disajikan kurang menarik
dan tidak disesuaikan dengan jenjang pendidikan siswa.
Waktu berdiskusi yang tidak dibatasi, sehingga saat ada siswa presentasi, siswa dari kelompok lain masih
berdiskusi/menyelesaikan tugas.
Adanya kontrol terhadap waktu dalam kegiatan pembelajaran sangat penting dilakukan agar setiap kegiatan yang kita rencanakan pada RPP dapat terlaksana dengan baik (Nurhidayati, 2016).
Memahami tingkat kesulitan siswa sangat
penting bagi guru, karena dengan mengurangi kesulitan dalam kegiatan pembelajaran matematika siswa dapat lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran
(Azis & Sugiman, 2015).
minat belajar matematika pada akhir siklus 2 sudah terlihat
baik dan menunjukkan adanya peningkatan.
Adanya peningkatan pada minat belajar siswa dengan pendekatan saintifik melalui PBL yang sebelumnya kategori rendah hingga meningkat pada kategori tinggi
Hasil ini sejalan dengan penelitian Ginanjar & Cholik (2015) yang menunjukkan bahwa Model PBL pada siswa kelas XI SMK Negeri 3 Surabaya dapat meningkatkan minat belajar pada siklus 1 sampai 2
Menunjukkan adanya indikator keberhasilan tindakan pada aspek kognitif tercapai dan mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus 2
Aritonang (2008) dan Suryabrata (2002) yang mengungkapkan minat seseorang terhadap suatu pekerjaan akan mempengaruhi proses dan hasil pekerjaan tersebut
(Essie dkk., 2015;Syah, 2013; Willis, 2010) bahwa minat belajar berpengaruh pada hasil belajar, jika minat untuk belajar tinggi maka hasilnya pun akan lebih baik
(Ashari & Salwah, 2017; Delisle, 1997; Hadi, 2016; Powner, 2006;
Priyanti dkk., 2016) bahwa terdapat peningkatan pada aspek kognitif setelah diberikan perlakuan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik melalui
Problem Based Learning
Barta & Shockey (2006) bahwa adanya gejala-gejala yang memunculkan wajah seram matematika, sehingga peserta didik menganggap matematika sebagai pelajaran yang membosankan, kurang menarik, dan jauh dari kehidupan sehari-hari.
Richardson dan Suinn (1972) meyatakan bahwa kecemasan matematika melibatkan perasaan tegang dan cemas yang mempengaruhi dengan berbagai cara ketika menyelesaikan soal matematika dalam kehidupan nyata dan akademik.
Kunter (1992) menegaskan bahwa guru dan orang tua yang takut matematika bisa menularkan kecemasan matematika untuk generasi berikutnya, bukan genetik, tetapi dengan pengajaran yang salah dan tidak nyamanpun bisa menimbulkan kecemasan matematika bagi siswa.
Sumarmo (Yaniawati, 2001) pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika dapat berupa soal cerita atau soal tidak rutin, yaitu soal yang untuk sampai pada prosedur yang benar diperlukan pemikiran yang mendalam, mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari dan membuktikan dalam kehidupan sehari-hari akan lebih terasa manfaatnya oleh siswa sehingga kecemasan matematika dapat berkurang, disamping itu ,kemampuan pemecahan masalah siswa dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, logis, sistematis dan kreatif.
Mereka juga memiliki kemauan untuk menantang diri sendiri dengan masalah matematika sulit dengan berasumsi bahwa mereka akan dapat membuat menyelesaikannya, dan tetap ulet ketika orang lainsudah menyerah (Schoenfeld, 2007).
Sockalingam & Schmidt (2011)
menyatakan bahwa karakteristik PBL adalah (1) sejauh mana masalah mengarah pada masalah pembelajaran yang dimaksud, (2) minat yang dipicu oleh masalah,
(3) format masalah, (4) sejauh mana masalah tersebut mendorong penalaran kritis, (5) sejauh mana masalahnya menekankan pada pembelajaran mandiri, (6) kejelasan masalah, (7) masalah yang sulit, (8) sejauh mana masalahnya relevan; yaitu berlaku dan berguna, (9) sejauh mana masalah berhubungan dengan pengetahuan awal siswa, (10) sejauh mana masalah merangsang elaborasi, dan (11) sejauh mana masalah menekankan kerja tim.
Menurut Arends (2008), PBL dirancang terutama untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir, keterampilan menyelesaikan masalah, dan keterampilan intelektualnya
Menurut Tan (2003) (Rusman,2014: 229) Pembelajaran berbasis masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBM kemampuan berfikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis,sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji dan mengembangkan kemampuan berfikirnya secara beresinambungan.
Ashari (2014) bahwa Poblem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan analisis matematis siswa.
dengan tingkat kesulitan
yang memadai siswa dapat tetap aktif dalam mengikuti pelajaran.
beberapa hal yang perlu diperhatikan, diantaranya masalah yang disajikan sesuai dengan tingkat kesulitan yang memadai.
guru
harus mampu mengaktifkan siswa selama proses pembelajaran dan mengurangi kecenderungan guru untuk mendominasi proses pembelajaran
faktor ekstern strategi guru
dalam memberikan pembelajaran yang menarik minat siswa
Peningkatan minat ini juga berdampak pada hasil belajar siswa atau aspek
kognitif.
indikator keberhasilan
tindakan pada aspek kognitif tercapai dan mengalami peningkatan
minat belajar berpengaruh pada hasil belajar
pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik melalui Problem Based Learning dapat mempengaruhi meningkatnya hasil belajar siswa dari aspek kognitif.
faktor intern memberikan motivasi dari lingkungan sekitar siswa sehingga siswa akan termotivasi pada dirinya