Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
hambatan guru matematika sekolah menengah pertama dalam menerapkan…
hambatan guru matematika sekolah menengah pertama dalam menerapkan kurikulum baru
pendahuluan
upaya meningkatkan kualitas pendidikan diiringi dengan perubahan kurikulum baru yang telah diterapkan diberbagai negara [ Korea (So & Kang, 2014); Hongkong (Cheung & Wong, 2012); China (Tanja, 2011)]
reformasi atau perubahan kurikulum mengarah pada pengembangan yang lebih baik dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan (Lucia H. Winingsih, 2016)
perlu dilakukan perubahan kurikulum karena prestasi siswa Indonesia masih lemah dalam ilmu pengetahuan, matematika, dan kemampuan membaca dibanding negara tetanggga (Lucia H. Winingsih, 2016)
kurikulum 2013 diharapkan bisa meningaktkan kualitas sember daya manusia dan daya saing bangsa (Puskurbuk, 2012)
Hasil tes Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2012 menunjukkan bahwa mutu pendidikan di Indonesia masih rendah karena Indonesia berada pada peringkat 64 dari 65 negara yang mengikuti tes tersebut.
sebelum pelaksanaan kurikulum, pemerintah perlu melakukan menejemen yang baik untuk mengetahui tingkat keberhasilan (Katuuk, 2014)
workshop yang intensif merupakan cara yang efektif untuk meyakinkan pemanfaaatan materi kurikulum yang didesiminasikan (Mayor & Fortner, 1987)
perlu dilakukan pengembangan keprofesionalan guru terkait kurikulum (Ryder, Banner, & Homer, 2014)
hambatan yang dialami guru umumnya pada tahap implementasi (Heri Retnawati, 2015)
kendala pada tahap implementasi disebabkan oleh sosialisasi yang kurang efektif (K. Khikayh, 2018)
untuk mengetahui kualitas kurikulum perlu dilakukan monitoring yang nantinya akan bermanfaat untuk pengembangan selanjutnya (Hussain, Adeeb, Aslam, 2011)
monitoring dan evaluasi menjadi hal penting karena hasilnya akan digunakan sebagai bahan evaluasi pelasanaan kurikulum (Lucia H. Winingsih, 2016)
tujuan penelitian
untuk mendeskripsikan hambatan-hanbatan yang dialami guru matematika sekolah menengah pertama dalam menerapkan kurikulum baru
metode penelitian
teknik analisa data
menggunakan model Bogdan & Biklen (1982)
subjek penelitian
10 guru matematika SMP yang telah menerapkan kurikulum 13 dari 4 kabupaten dan 1 kota di provinsi DIY
penelitian deskriptif eksploratif dengan pendekatan kualitatif
teknik sampling
teknik sampling purposive
guru-guru berasal dari sekolah yang telah menerapkan kurikulum 13 minimal 1 semester kemudian masing-masing sekolah dipilih satu guru matematika
instrumen yang digunakan
peneliti sebagai instrumen utama dengan melakukan focus group discussion kemudian dilakukan wawancara mendalam
hasil penelitian
hasil wawancara dikelompokkan menjadi 4 tema dengan masing-masing sub-bab kemudian dihubungkan antarsubtema untuk mendapat kesimpulan akhir
pelatihan dan sosialisasi
perencanaan pembelajaran
pelaksanaan pembakjaran
pelaksanaan penilaian dan evaluasi
pembahasan
pelatihan dan sosialisasi kurang efektitif menyebabkan kekurangpahaman guru mengenai kurikulum. sesuai penelitian Park (2008) dan Cheung dan Wong (2012)
sosialisasi berperan positif dan signifikan terhadap perencanaan proses pembelajaran (Sulistyani, 2014)
sosialisasi perlu diberikan kepada kepla sekolah, guru, dan pengawas sebagai unsur pelaksana kurikulum (Lucia H. Winingsih, 2016)
kekurangpahaman guru mengenai materi sosialisasi karena materi yang bersifat umum dan peserta tidak selalu menjadi peserta lagi untuk pelatihan selanjutnya karena keterbatasan kuota (Lucia H. Winingsih, 2016)
guru kesulitan merencanakan pembelajaran karena kurang paham kurikulum, sesuai penelitian Lumadi (2013)
pahamnya guru terhadap kurikulum akan memenuhi tuntutan tentang kompetensi lulusan, konten, pembelajaran, penilaian, dan pemanfaatan buku pelajaran (sutjipto, 2016)
kesiapan guru dalam perencanaan akan mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran karena adanya hubungan antara perencanaan dan hasil yang diperoleh siswa ((Ritzema, Deunk, Bosker, & van Kuijk, 2016).
guru kesulitan melakukan pembelajaran saintifik dengan mengaktifkan siswa, sesuai penelitian Eraslan (2013) dan Syomwene (2013), dan Mizzi (2013)
proses pembelajaran siswa aktif memerlukan waktu lebih panjang dari proses pembelajaran penyempaian informasi karena siswa perlu waktu latihan untuk melakukan pengamatan, menanya, asosiasi, dan komunikasi ( Susda Heleni dan Zulkarnain, 2017)
guru tidak memiliki Lembar Aktivitas Siswa yang bisa mengaktifkan siswa dalam pembelajaran ( Susda Heleni dan Zulkarnain, 2017)
guru mengalami kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran dengan langkah 5M (saintifik) Rusindrayanti & Santoso
(2015)
guru tidak melaksanakan pembelajaran sesuai rencana pembelajaran k13 karena kesulitan (susanah wati dan j. jaelani, 2016)
guru tidak melakukan pembelajaran dengan pendekatan saintifik karena memerlukan waktu lebih lama (susanah wati dan j. jaelani, 2016)
guru kurangpaham masalah penilaian menyebabkan permasalahan pelaporan dan penilaian, sesuai dengan penelitian Lumadi (2013) dan Kurebwa & Nyaruwata (2013)
guru matematika sudah terbiasa melakukan penilaian pengetahuan tapi masih kesulitan melakukan penilaian keterampilan ( Susda Heleni dan Zulkarnain, 2017)
guru kesulitan dalam implementasi dapat diatasi dengan melalui pertemuan intensif, pada organisasi profesi guru, forum guru seperti musyawarah guru mata pelajaran, penulisan karya ilmiah, maupun program pendampingan guru senior kepada guru junior (heri retnawati, 2015)
penutup
kesimpulan
kesulitan yang dialami guru antaralain : pelatihan dan sosialisasi yang kurang efektif sehingga guru kurang memahami kurikulum; guru mengalami kesulitan ketika proses implementasi kurikukulum pada perencanaan, pelaksanaan, serta penilaian dan evaluasi
saran
perlu dilakukan pelatihan yang efektif, monitoring untuk membantu guru yang mengalami kesulitan, dan dukungan berupa kebijakan dan fasilitas yang mendukung