Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
SISTEM PENCERNAAN DAN METABOLISME, RANA MAIMUNAH 2006594555 IBD 2 - B 3 …
SISTEM PENCERNAAN DAN METABOLISME
Organ Pencernaan
Mulut
Bibir
Fungsi: Mengambil dan menampung makanan di mulut serta reseptor sensorik
Palatum
Fungsi: Memisahkan rongga mulut dengan rongga hidung
Lidah
Fungsi: Mendorong makanan ke faring dan pengecap
Gigi
Fungsi: Mengunyah dan mencampurkan makanan
Fungsi: Menampung makanan sebelum masuk ke kerongkongan
Faring
Fungsi: Sebagai saluran alat pencernaan yang membawa makanan dari rongga mulut hingga ke esofagus
Lambung
Fungsi: Membentuk
chyme
, mengeluarkan gastrin, mengeluarkan getah lambung, dan menyimpan makanan sebelum ke usus halus
Usus Halus
Duodenum
Jejenum
Ileum
Fungsi: Memisahkan
chyme
dengan cairan pencernaan, melanjutkan pencernaan makromolekul, dan menyerap sebagian besar nutrisi dan air
Usus Besar
Kolon
Sekum
Apendix
Rektum
Fungsi: Membentuk feses, defekasi, menyerap air, ion, dan vitamin, serta mengubah protein menjadi asam amino
Anus
Fungsi: Mengeluarkan feses
Esofagus (Kerongkongan)
Fungsi: Menggerakkan bolus ke perut dengan gerakan peristaltik.
Kelenjar Pencernaan dan Organ Penghasil Cairan Tubuh (Enzim)
Kelenjar Saliva
Kelenjar Parotid
Kelenjar Sublingualis
Kelenjar Submandibularis
Fungsi: Menghasilkan air liur dan enzim pencernaan
Kelenjar Pankreas
Endokrin
Pulau Langerhans
Eksokrin
Kelenjar asinus (acini)
Fungsi: Sekresi enzim lipase, amilasi, nuklease, dan proteolitik
Kelenjar Hati
Fungsi: Menghasilkan cairan empedu, metabolisme makromolekul, ekskresi bilirubin, dan penyimpanan utama vitamin dan mineral
Kantung Empedu
Fungsi: Wadah bagi cairan empedu hasil produk ekskresi dan sekresi sistem pencernaan
Lambung
Fungsi: Mengeluarkan enzim pencernaan pepsin; lipase; renin; HCl; gastrin
Kelenjar Pilorus
Fungsi: Sekresi mukus
Usus
Fungsi: Menghasilkan getah usus halus yang mengandung enzim enterokinase; maltase; laktase; sukrase
Persarafan Sistem Pencernaan
Pleksus Saraf Intrinsik
Myenteric plexus
Suubmucosal plexus
Gabungan kedua pleksus: Sistem saraf enterik
Neuron motorik
Interneuron
Neuron sensorik
Pleksus Saraf Ekstrinsik
Sistem saraf otonom
Simpatis
Parasimpatis
Tujuan: Memadukan aktivitas di antara berbagai bagian saluran pencernaan
Pembuluh Darah yang Memberikan Vaskularisasi Sistem Pencernaan
Arteri
Arteri Seliaka
Arteri gastrica sinistra
Arteri lienalis
Arteri hepatik
Arteri Mesentrik Superior
Arteri pankreatikduodenal inferior
Arteri coliaca dextra
Percabangan ileocolis
Arteri coliaca media
Arteri intestinal
Arteri Mesentrik Inferior
Arteri coliaca sinistra
Arteri sigmoidea
Arteri rectalis/hemorrhoidalis
Vena
Vena gastrica dextra
Vena gastrica sinistra
Vena gastorpiploik dextra
Vena gastroepiplois sinistra
Vena lienalis
Vena mesentrik superior
Vena mesentrik inferior
Proses Dasar Pencernaan
Motilitas
Gerakan Propulsif: Mendorong maju isi melalui saluran cerna
Gerakan Mencampur: Mencampur makanan dengan getah pencernaan dan mempermudah penyerapan
Sekresi
Pengeluaran getah pencernaan ke dalam lumen saluran pencernaan oleh kelenjar eksokrin (air, elektrolit, garam empedu, mukus dan enzim)
Digesti
Menguraikan struktur kompleks makanan secara kimiawi menjadi satuan-satuan yang lebih kecil
Polisakarida (karbohidrat) menjadi monosakarida
Protein menjadi asam amino/polipeptida kecil
Trigliserida (lemak) menjadi monogliserida dan asam lemak bebas
Absorpsi
Penyerapan (terjadi di usus halus)
Fase - Fase Proses Pencernaan
Fase Sefalik
Tujuan: Mempersiapkan mulut dan lambung untuk makanan yang akan dimakan.
Penciuman, penglihatan, pikiran, atau rasa makanan mengaktifkan pusat saraf di korteks serebral, hipotalamus, dan stem otak.
Fase Gastrik
Mekanisme Saraf
Ketika dinding lambung membengkak atau pH lambung meningkat, reseptor peregangan dan kemoreseptor diaktifkan
Terjadi umpan balik negatif
Dari peregangan reseptor dan chemoreceptors, impuls saraf merambat ke plexus submukosa, di mana mereka mengaktifkan neuron parasimpatis dan enterik
Impuls saraf yang dihasilkan menyebabkan gelombang peristaltik
Mekanisme Hormonal
Sekresi lambung pada fase ini diatur oleh hormon gastrin yang dikeluarkan oleh sel G kelenjar lambung sebagai respons terhadap rangsangan
Gastrin memasuki aliran darah dan mencapai organ sistem pencernaan sasaran
Gastrin merangsang kelenjar lambung untuk mengeluarkan sejumlah besar cairan lambung
Serta memperkuat kontraksi sfingter esofagus bawah, meningkatkan motilitas lambung, merilekskan sfingter pilorus yang aktif untuk pengosongan lambung
Dimulai ketika makanan mencapai lambung
Fase Intestinal
Mekanisme Saraf
Peregangan duodenum oleh kehadiran kimus menyebabkan refleks enterogastrik
Reseptor peregangan di dinding duodenum mengirim impuls saraf ke medula oblongata, di mana mereka menghambat stimulasi parasimpatis dan merangsang saraf simpatik ke lambung
Akibatnya, motilitas lambung terhambat dan ada peningkatan kontraksi dari sfingter pilorus, yang mengurangi pengosongan lambung
Mekanisme Hormonal
Diatur oleh dua hormon utama
cholecystokini
(CCK) dan
secretin
CCK: menyekresi cairan pancreas yang kaya enzim pencernaan, relaksasi sfingter, memperlambat pengosongan lambung, dan memberikan perasaan kenyang
Secretin: menyebabkan buffering asam di kimus dan memperlambat produksi asam di perut
Dimulai ketika makanan masuk ke dalam usus halus
Metabolisme Makromolekul
Karbohidrat
Katabolisme
Glikolisis
Pembentukan Asetil Ko-a
Siklus Krebs
Transpor Elektron
Anabolisme
Glukoneogenesis
Protein
Katabolisme
Transminasi
Deaminasi
Anabolisme
Sintesis asam amino
Lipid
Katabolisme
Lipolisis
Anabolisme
Lipogenesis
Refleks Defekasi
Refleks defekasi muncul saat feses berpindah dari kolon ke rektum, peregangan yang terjadi di rektum dapat merangsang reseptor regang dinding rektum sehingga memicu refleks defekasi
Peregangan awal di rektum menyebabkan rasa ingin buang air besar
Refleks ini menyebabkan sfingter anus internus melemas (rektum dan kolon sigmoid berkontraksi lebih kuat
Jika sfingter anus eksternus ikut melemas maka akan terjadi defekasi
Diare: peningkatan frekuensi, volume, dan kandungan cairan pada feses
Konstipasi: penurunan secara berlebihan frekuensi, volume, dan kandungan cairan pada feses (feses keras dan kering)
Keseimbangan Energi
Kondisi dimana tubuh mengatur pengeluaran energi sama besar dengan energi yang masuk oleh tubuh.
Pemasukkan Energi
Berasal dari energi dalam makanan/nutrisi yang masuk
Pengeluaran Energi
Kerja Internal
Energi yang keluar berupa energi biologi yang tidak melakukan kerja mekanisme di luar tubuh
Kerja Eksternal
Energi yang keluar ketika otot rangka berkontraksi atau menggerakkan tubuh dalam hubungannya dengan lingkunga
Status Keseimbangan Energi
Keseimbangan energi Netral: Pemasukkan energi sama dengan pengeluaran energi
Keseimbangan energi Positif: Pemasukkan energi lebih besar daripada pengeluaran energi
Keseimbangan energi Negatif: Pemasukkan energi lebih sedikit daripada pengeluaran energi
Cara Tubuh Mempertahankan Keseimbangan Energi
Terdapat
sinyal lapar
dan
sinyal kenyang
NPY: perangsang nafsu makan
Melanokortin: penurunan nafsu makan
Leptin: menghambat NPY dan merangsang Melanokortin
Insulin: menghambat NPY
Ghrelin: perangsang nafsu makan, mengaktifkan neuron penghasil NPY
PYY 3-36: menghambat neuron penghasil NPY
Kolesistokinin (CCK): menghasil sinyal kenyang
Pengaturan Suhu Tubuh
Ketika ada asupan yang masuk ke dalam tubuh, maka tubuh akan memulai proses metabolisme dan akan menghasilkan energi dan juga panas
Pembentukan panas (heat production)
Dipengaruhi oleh:
Basal metabolic rate
Aktivitas otot
Shivering thermogenesis
Non-shivering thermogenesis
Pengeluaran panas (heat loss)
Radiasi
Konduksi
Konveksi
Evaporasi
Refleks Pengaturan Suhu Tubuh
Peripheral thermoreceptors
Central thermoreceptors
RANA MAIMUNAH
2006594555
IBD 2 - B 3
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT