Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
Silicon Valley Mindset (Indra Utoyo) (THE SOLUTION (How) (BAB 9 -…
Silicon Valley Mindset (Indra Utoyo)
THE STRATEGY (What)
BAB 5 - Membelah Otak Manusia
Pada era konseptual, otak kanan lebih dibutuhkan ketimbang otak kiri. Sifat2 manusia seperti kreativitas, majinasi, intuisi, emosi dan etika akan menjadi lebih penting
Ragamnya pilihan, sebuah karya industri kreatif yang biasa2 saja tidak akan mampu menonjol. DIbutuhkan sebuah karya industri keatif yang memiliki konsep
Valutainment
(sebuah hasil karya harus memiliki nilai yg bermanfaat namun juga menghibur.
Tiga Pilar Trasnsformasi di era konseptual:
Spiritual Based: karya yang bermakna, memiliki nilai, dapat menyentuh, memiliki empati. --> menghasilkan karya yg
high touch
Knowledge Based: pengetahuan + teknologi + networking bisa memberikan dampak yg maksimal dan digunakan untuk kepentingan bersama. --> menghasilkan karya yg
high tech
Creative Based: Sebuah ide yg berwujud harus memiliki desain yang apik, unik dan memiliki cerita. Karya industri kreatif memiliki teknologi, harga, kinerja serta fitur yg hampir sama, karenanya faktor desain menjadi krusial. --> menghasilkan karya yg
hight think
Dunia Digital mengajarkan kebersamaan, terjadi perubahan dari Era Broadcast (
one product, mass market
ke Era Broadband (Jutaan konten yg bisa dinikmati oleh satu orang).
Sehingga muncul fenomena/istilah
Gift Economy
yang tidak melulu berhitung untung/rugi melainkan untuk saling berbagi (bukan lagi sekadar
Value for Money
tapi
Value for Many
, selain itu muncul fenomena
Exposure Culture
yang dahulu serba privat atau pribadi --> sekarang justru ingin mempublikasikan semuanya
Nilai sebuah inovasi diukur dari trafik, jumlah user dan pertumbuhannya. Dalam pasar yg demokratis setiap perbedaan kreativitas yg relatif kecil bisa memberikan nilai yg signifikan. Akibatnya setiap kategori hanya milik satu atau dua pemenang. misal platform video didominasi oleh Youtube, social media didominasi Facebook. dll
BAB 6 - Silicon Valey, mulai dari Mindset hingga Aturan
Silicon Valley merupakan sebuah semangat dan pola pikir, bukan nama lokasi.
Sebuah pola pikir yang fleksibel, kemauan untuk terus belajar dan beradaptasi yang diimplementasikan menjadi budaya, sikap dan cara hidup yg visioner, serta diwarnai dengan keterbukaan, kesediaan untuk berbagi dan berkolaborasi di antara para inovatornya.
Mindset
Learn Fast, Succeed Faster
--> pentingnya validasi terhadap produk, jika produk tidak layak alangkah lebih baik jika diketahui secepat mungkin
Budaya
pay it forward
(budaya gotong-royong dan budaya saling berbagi ilmu dan pengetahuan dengan ikhlas untuk dapat menghasilkan inovasi bersama yang bermanfaat bagi masyarakat banyak. Budaya yang berlangsung secara turun-temurun dan mendarah daging dari para startup di sana.
3 aturan tak tertulis di Silicon Valley:
jangan pernah arogan
mintalah sesuatu yang tepat
unjuk diri namun jangan berlebihan
Penerapan Silicon Valley mindset di Telkom (Indigo)
BAB 7 - Waktunya Kolaborasi
Strategi 3P untuk pengembangan ekosistem industri kreatif digital Telkom
People
:Telkom fokus pada pengembangan talenta muda startup yg krearif dan memiliki mindset untuk maju melalui program Indigo, dan dengan menjalin kerja sama dengan pihak Internasional
Planet
: Telkom telah membangun fasilitas dan ekosistem yg mampu mewadahi para startup dalam bekerj, berkreasi dan belajar, membangun creative center dan creative camps di 20 Kota
Participation
: Membutuhkan dukungan/partisipasi
Quadrupple Helix
(Academician, Business, Community dan Governance)
BAB 8 - Dengarkan Suara Konsumen dengan C2C
Validated Learning
Proses Build, Measure, Learn - Lean Startup, Eric Ries
Menyaring dengan Lean Model Canvas
From creativity to Commerce
THE SOLUTION (How)
BAB 9 - Creativity hingga Commerce
BAB 10 - Menjaring Bibit Berkualitas
BAB 11 -Semua untuk Indonesia
BAB 12 - Mari Kita Berlari
BAB 13 - Indonesia ke Silicon Valley dan Sebaliknya
THE SITUATION (Why)
BAB 1 - Inovasi atau Mati
Perkembangan peradaban menuju era konseptual (ide), mengandalkan alat/layanan digital
Abad 20 (Era Informasi: ekonomi bergerak karena sektor energi, modal dan tenaga kerja. Pada era ini dan era sebelumnya mengandalkan tenaga kerja dalam jumlah banyak untuk menjalankan usaha
Abad 21 (Era konseptual: ekonomi bergerak karena ide, konsep dan inovasi. 1 Person for 1 or more industries
Terjadi perubahan fundamental
mengandalkan pemikiran logis, linier mirip komputer -> sikap empati dan mampu menangkap gambaran besar (era ekonomi kreatif) yang dijiwai
high think, high tech dan high touch
Korea Selatan menyatakan arah negaranya telah menuju ekonomi kreatif yg membawa paradigma baru, inklusif dan tidak memiliki batas. Fokusnya membangun infrastruktur, ilmu pengetahuan, membangun budaya dan kelembagaan yg mendukung
open innovation
, solusi ekosistem finansial bagi para startup dan perubahan terhadap regulasi
BAB 2 - Harapan Baru Kemakmuran
Offline menuju online (analog menuju digital) dengan segala fakta pertumbuhan smartphone, internet, dll
Perubahan digitalisasi melalui 4 pilar CAMS (Cloud, Analytics, Mobile, Social Media)
Kontribusi sektor digital terhadap ekonomi negara maju semakin tinggi
Ekosistem pendukung produktivitas startup
Singapura merajai Asia Tenggara:
memicu inovasi dan kewirausahaan dengan membentuk iJAM dan NRF (dana hibah)
membangun lingkungan kondusif, penciptaan Blok 71 sebagai tempat berkumpul investor , pengusaha, vendor, tenaga ahli, akademisi, dll
mengucurkan dana US$ 1 Milyar untuk investasi startup (US$ 2 Juta per-startup)
BAB 3 - Tidak Hanya Jadi Penonton
Ekonomi kreatif Indonesia menunjukkan trend positif tetapi belum mampu memberikan kontribusi yg besar bagi perekonomian Indonesia.
Fakta ekonomi perkapita yg membaik, pertumbuhan kecepatan internet, pertumbuhan user smartphone berdampak pada aplikasi yg ada didalamnya, sayangnya jumlah aplikasi asal Indonesia masih sedikit, alangkah baiknya aplikasi Indonesia yg mendominasi, disinilah peran industri kreatif digital
Startup Indonesia terkendala modal, manajemen, SDM, Infrastruktur dan dukungan pemerintah masih rendah
Upaya Pemerintah:
mengkaji beragam aturan untuk mendukung perkembangan startup di Indonesia
SDM : rencana memasukkan
Coding
kedalam kurikulum SMK
Kesadaran BKPM akan kebutuhan modal bagi startup
menggalang dana US$ 1 M untuk perembangan startup
Faktor pendukung industri kreatif adalah infrastruktur, pengusaha kreatif dan ekosistem. Melalui Sinergi
Quadruple Helix ABCG - Academic, Business, Community, Governance
BAB 4 - Tak Ada yang Tidak Mungkin
8 Komponen Indeks Ekosistem Startup:
Startup Output Index, Funding Index, Company Performance Index, Mindset Index Trendsetter Index, Support Index, Talent Index, Differentiation Index
Prinsip 3 P (
People, Planet, Participation
untuk akselerasi startup Indonesia
Terdapat 8 tantangan yang dihadapi oleh pemain di dunia startup:
Talenta dan penembangan
Infrastruktur, SDM dan fasilitas (Inkubator)
Promosi dan pemasaran
Pendanaan
Pajak Capital Gain
Insentif R&D
Hak kekayaan intelektual properti dan paten
Registrasi perusahaan startup
Mengenal 4 jenis pengusaha berdasarkan karakter dan siklus perjalanannya