Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
Kolaborasi Tri Pusat Pendidikan (1) Singapura: from hero to zero…
Kolaborasi Tri Pusat Pendidikan
1) Singapura: from hero to zero
Pembangunan berkelanjutan
Perencanaan yang matang
Sistem politik yang terkontrol
Pembangunan menuju kontinuum
Lee Kuan Yeuw: Bapak Pembangunan Singapura
Kurun waktu sekian tahun;l makes dreams come true
2) 73 tahun paska Indonesia merdeka: kondisi faktual
Ekonomi
Soeharto menerapkan Pembangunanisme
Ancaman neo-liberalisme
Pencapaian Indonesia: masuk 6G
Politik
Demokrasi langsung
Proses berbiaya tinggi
Memunculkan oligarki baru di daerah
Tidak berbasis masyarakat
Sosial & Budaya
Euforia reformasi membawa kran kebebasan
Budaya asing masuk; baik yang sesuai maupun tidak
Keterbukaan informasi membuat budaya saling menghujat
Ruang privat menjadi samar
3 Rumusan visi Indonesia
It's better to light a candle than curse the darkness
Visi Indonesia 2030
Dikembangkan oleh Yayasan Indonesia Forum
Poin
Perekonomian Indonesia No 1
Jumla penduduk 285 Jt
PDB $ 5,1 T
Pendapat per kapita $ 18,000
Bertitik pada aspek ekonomi
Penguatan aspek pendidikan
Langkah konkret memperbaiki bangsa
Fakta sekarang
Pendidikan Indonesia tidak memiliki desain
Anggaran yang besar tidak fokus pada peserta didik dan pelayanan
Guru semakin sejahtera tapi tidak ada usaha signifikan untuk memperbaiki kualitas
Benang merah untuk memajukan bidang pendidikan
Pengelolan pendidikan yang lebih terpadu dengan mensinergikan lembaga pendidikan formal, keluarga dan masyarakat
Sinergi 3 pusat pendidikan
Fakta tentang singergi 3 pusat pendidikan
Memaksimalkan potensi setiap bidang demi kepentingan peserta didik
Selama ini, sekolah sering menjadi biang kerok gagalnya proses pendidikan, padahal bukan agen tunggal
Orang tua dan masyarakat hanya dilibatkan dalam hal-hal yang berkaitan fisik seperti iuran pembangunan.
Pendidikan mengalami reduksi makna menjadi persekolahan. Hanya dengan sinergi tiga pusat pendidikan bisa mengatasinya
Bagaimana memaksimalkan peran orang tua
Urgensi
Fondasi pembentukan karakter keluarga
Ibu adalah sekolah pertama
Support keluarga di sekolah
Anies Baswedan Direktorat Pendidikan Keluarga
Mendorong partisipasi keluarga
Membina keluarga bagaimana mendidik anak di rumah
Orang tua sadar akan pentingnya pendidikan anak
Mengantarkan anak ke sekolah: Gerakan Orang Tua di hari Pertama Sekolah
PR yang melibatkan orang tua; wawancara, dll
Bagaimana memaksimalkan lembaga pendidikan formal?
Pengembangan guru harus menjadi nomor 1
Munif Chatib: pelajaran dari Singapura
Gaji guru: 63 juta per bulan
Kesejahteraan prioritas, disesuaikan dengan budget negara
tahun 1980 masih rendah, tapi secara bertahap ditingkatkan.
negara lain: Finlandia, 30 juta per bulan
Profesional: menjadi guru hanya sekali
Guru didikte, tapi dikembangkan kreativitas
100 jam pelatihan untuk guru selama 1 tahun
mapping
berbagai topik pelatihan
Kritik Prof Winarno: pemerintah selalu menganggap kurikulum "dewa" bagi perbaikan pendidikan di Indonesia
Kurikulum hanya bongkar pasang; bukan pengembangan
Adaptasi kurikulum luar, tapi tidak kontekstualisasi yang kuat
Grand Design yang kuat landasan filosofis, psikologis dan sosiologis sehingga tidak muncul ganti menteri ganti kebijakan; bongkar pasang.
Kritik Sri Mulyani: Anggaran Pendidikan yang naik tiap tahunnya tidak disertai dengan desain pendidikan yang jelas.
Masyarakat
Nilai yang ada di masyarakat membentuk nilai luhur yang dikembangkan di sekolah
Selama ini bersifat fisik seperti iuran untuk infrastruktur
Partisipasi masyarakt [Budi Wiratno]
partisipasi material
partisipasi pemikiran
partisipasi tenaga
Partisipasi moral
Membentuk nilai-nilai luhur dalam masyarakat
Pelibatan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sekolah
Pendidikan berbasis masyarakat
Digerakkan oleh masyarakat
Kebutuhan real masyarakat (pengembangan kurikulum)
Manajemen Berbasis Sekolah
Community-based education